Sunday, May 4, 2008

Antara Aku, Kau dan Dia

“Merpati” sahabat sekaligus teman yang istimewa di hatiku. Aku pernah memiliki perasaan yang tak patut ku utarakan; Pertemuan denganmu adalah kesalahan kecil tuhan dalam garis agenda hidup kita. Yang kita gantungkan pada angan-angan yang selalu menimbulkan keraguan, dimana setiap kita memikirkannya akan teriringi dengan rasa keganjilan yang mungkin terjadi. Dalam garis agenda itu, Tuhan juga telah menuliskan pertemuanku denganmu itu sebagai awal dari apa yang kita jalani sekarang. Setidaknya itulah yang pernah kupikirkan tentang peran Tuhan dalam trilogy keberadaan kita; antara aku, kau dan dia pencipta semesta alam. Dengan alasan itu, setidaknya aku telah berbuat dosa pada-Nya.

Jika hidup ini kita mulai dari nol, mengapa kita tidak mengetahui sampai dimana akhir dari semua itu? Bahkan seandainya awal mula itu terdapat poros yang sudah tertancap dalam sederetan peristiwa pada kehidupan yang kta lalui di mana menurut hukum alam, tentu poros itu akan terus bergulir kemudian mengunjungi setiap mahluk, termasuk aku dan kamu. Kamu tahu? Aku pernah mempertanyakan perasaan ini pada-Nya. Aku telah mempertannyakan semua ini di dalam untaian hatiku yang semakin membelenggu tiap sel-sel langkahku sampai hari ini. Kenapa juga dia menciptakan kamu dan aku dalam sebuah bingkai pertemuan yang sebentar??

Dan setia kali aku tertunduk bersimpuh, bagaimana perrasaanku mempertanyakan hal tersebut. Lantas pula, ketika kudapati bayanganmu, aku sudah terlelap dalam ketidak percayaan itu. Kuharap kau mengerti. Betapa pertemuan itu telah menyelipkan batang takdir yang sama denganmu, mahkota yang dikenakan pada takdir ini adalah sesuatu yang membuatku bertanya-tanya, ketika aku meninggalkan tempat itu, aku juga meninggalkan sekepingan hatiku yang pecah dan mungkin butirannya sudah menyebar entah kemana. Lalu aku sendiri kebingungan untuk mempertanyakan padamu, di manakah hal itu? Ketika gerak hatiku dan nuansa hidupku telah bebas dari kukungan perasaan ini yang sungguh kusadari tercipta dari isu-isu dan mitos-mitos yang disebabkan oleh perkenalan itu, dimana cinta antara sahabat terlarang dan ditabukan serta diabadikan. Kemudian aku benar-benar telah jatuh hati padamu untuk sekiankali.

Merpati, apakah ini semua sebuah kesalahan?? Bukankah pertemuan itu tanpa sengaja kuperoleh. Demikian pula, perasaan itu muncul begitu saja tanpa dapat terhalangi. Dia datang dengan kepolosan dan sebuah harapan. Sebab ia bukanlah suatu hal yang direncanakan kehadirannya. Dia adalah isi dari kehampaan, lalu kita berdua mengarungi jalan itu demikian seiring hari di depan mata. Aku juga tidak pernah lupa, aku pernah mencoba meluapkan hatiku padamu di waktu luka telah menggores hatimu dan pagi pun telah menyelimuti kita dalam kebekuan, kemudian aku titipkan semuanya pada takdir.
Merpati, saat itu mungkin kau sedang mengira-ngira semua begitu cepat - itu semua adalah hakmu – termasuk kau memiliki perasaan bahwa aku memaksa, tapi sebenarnya aku berangkat dengan kehati-hatian agar hubungan yang baik itu dapat tercipa, bukan sebaliknya, berjalan dalam gelap yang samar yang sengaja tercipta seperti saat ini. Karena aku pun yakin, kau tidak menginginkannya berakhir dengan begitu saja, saat kemarin dan kemarin hingga tiba pada saat-saat sekarang dan mendatang.

Aku juga tidak mengerti, perihal apa gerangan bergemuruh diruang benakku saat ini sekilas batinku ingin berbagi cerita denganmu. Saat batin merintih, masih adakah asah bagiku tersisa? Sejujurnya, aku tidak bisa menghentikan hatiku untuk tetap menyisakan satu bagian di dalam diriku terhadap semua ini. Kau sudah menjadi bagian perasaanku. Sekali sempat, aku pernah berkata meski berakhir akhirnya aku jawab sendiri; kuatkah bertahan? Satu persatu berangkat menjauh, kau pun menjauhiku. Tapi adalah benar semua yang kau katakana: manusia memiliki harapan, tapi Tuhan yang menentukannya.

Baca Selanjutnya......